Pengamat terorisme Al Chaidar menilai, kelompok teroris yang beraksi
di Makassar, Sulawesi Tengah, ingin perang terbuka dengan Pemerintah
Indonesia. Al Chaidar menyebut mereka kelompok Komando Mujahidin
Indonesia Timur (KMIT).
“KMIT memang menghendaki adanya perang terbuka dengan Pemerintah
Republik Indonesia. KMIT akan menyerang berbagai target yang mungkin
terjangkau di wilayah Sulawesi, Ambon, Ternate, dan lain-lain,” ujarnya
saat dihubungi, Senin (12/11/2012).
Seperti diketahui, terjadi aksi pelemparan bom terhadap Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo, Minggu
(11/11/2012) pagi. Pelemparan terjadi saat Syahrul sedang bernyanyi di
panggung dalam rangka gerak jalan santai HUT Partai Golkar di depan
Monumen Mandala, Jalan Jendral Sudirman yang dihadiri 160.000 peserta.
Salah satu pelaku pelemparan, yakni Awaluddin (25), tertangkap massa
saat melakukan aksinya. Syahrul pun lolos dari lemparan bom pipa berdaya
ledak tinggi (high explosive) itu. Aksi Awaluddin diduga tidak direncanakan dengan matang. Awaluddin juga dinilai tidak profesional sebagai teroris. Dia secara berani beraksi di tengah keramaian dan disebut membawa bom pipa dengan daya ledak tinggi.
Menurut Al Chaidar, Awaluddin hanya diberi perintah oleh pimpinannya
meneror target sasaran, yakni Gubernur Sulsel. Awaluddin belum
berpengalaman dan tidak dilatih dengan baik. “Mungkin karena sudah
diperintahkan komandan kelompoknya untuk menuju sasaran, tetapi tidak
ada improvisasi sehingga terpaksa dilempar begitu saja. Mereka kurang
dilatih untuk berimprovisasi, hanya dilatih bagaimana menaati perintah
secara searah,” terangnya.
Dihubungi terpisah, pengamat terorisme Mardigu berpendapat, aksi
tersebut bertujuan untuk menciptakan konflik horizontal di tengah
pemilihan Gubernur yang akan berlangsung di Makassar. “Saat ini di sana
menjelang pesta demokrasi. Mungkin target mereka tujuannya yang jelas
mengacaukan, dan ada konflik horizontal sesama masyarakat. Mudah-mudahan
masyarakat Makassar sadar dan tidak terpengaruh, (tetapi) justru kompak
memerangi teroris,” paparnya.
Menurutnya, Awaluddin—yang dinilai kurang berpengalaman—tidak kenal
secara langsung dengan pimpinan teroris. Mahasiswa itu hanya bagian
teroris yang baru direkrut. Dengan demikian, kendati Awaluddin telah
diamankan, kepolisian tetap sulit mengungkap pimpinan aksi teror mereka.
“Ada yang tidak mengenal organisasinya. Dia juga tidak tahu siapa yang memerintahkan,” terangnya.
Seperti diberitakan, dengan ditangkapnya Awaluddin, kepolisian
kemudian melakukan pengembangan terhadap anggota kelompok lainnya.
Aparat kepolisian dari Brimob Polda Sulsel dan Detasemen Khusus 88
Anti-Teror sempat terlibat baku tembak saat mengejar terduga teroris
lain di Moncongloe, perbatasan Makassar-Maros, Minggu petang.
Diduga, Awaluddin ditemani dua orang lainnya pada aksi pelemparan
bom. Keduanya adalah Lukman Rahim dan Kristin Markutius. Identitas
keduanya diketahui saat polisi menemukan KTP dan STNK di lokasi
kejadian.
Dari Awaluddin, polisi menyita sepucuk pistol jenis revolver kaliber 38 dengan lima butir amunisi, 1 pipa nilon kecil
bersumbu, serta sebuah dompet dan uang tunai Rp 650.000. Densus 88 juga
meringkus AA asal Bone di sekitar Masjid Raya Larenkang, Makassar,
dengan barang bukti satu senjata api jenis FN.
Selasa, 13 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar