Bandung
- Pakar geologi dan geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB)
dikerahkan untuk meneliti dugaan adanya sesar atau patahan bumi aktif di
Selat Sunda. Penelitian itu terkait studi kelayakan Jembatan Selat
Sunda yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum. “Kalau ada sesar aktif,
Jembatan Selat Sunda harus menghindar,” kata salah seorang peneliti
studi itu, Asrurifak di ITB, Kamis, 29 November 2012.
Tim peneliti yang beranggotakan ilmuwan
dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana ITB itu diminta Kementerian
Pekerjaan Umum melakukan identifikasi ulang sumber-sumber gempa yang
berpotensi mengguncang Jembatan Selat Sunda serta potensi pergerakan
tanahnya.
“Apakah di lintasan jembatan ini ada
sesar? Sampai sekarang masih diadakan survei, belum selesai,” kata Wakil
Ketua Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia itu.
Menurut Asrurifak, lokasi sementara
Jembatan Selat Sunda yang sedang dikaji itu dipilih dari Anyer, Banten,
ke Bakauheni, Lampung. Sumber gempa yang berpotensi menggoyang jembatan
yaitu dari letusan Gunung Anak Krakatau, yang berjarak 50 kilometer
lebih; serta gempa besar dari selatan Jawa dan barat Sumatera.
“Kita bisa hitung nilai percepatan gempa
yang akan menimpa bangunan itu berapa, bangunan nanti bisa diatur
supaya tahan. Jadi, biar gempa, juga tidak ada masalah,” ujarnya.
Namun, kalau ternyata ada sesar aktif di
Selat Sunda, calon lokasi jembatan yang ditaksir seharga Rp 100 triliun
itu harus bergeser menjauh. Untuk memastikannya, peneliti telah
memasang alat global positioning system (GPS) tidak tetap di sejumlah
tempat, di antaranya di Pulau Sangiang, sebuah pulau kecil yang akan
dilewati jembatan.
“Itu untuk mengetahui apakah
pergerakannya akibat sesar relatif atau tidak,” ujarnya. Kriteria sesar
aktif, antara lain, pernah bergerak dalam kurun 10 ribu tahun.
Pada saat ini, tim sudah mengetahui ada
palung atau jurang laut yang dalam di Selat Sunda. Lebar palung itu
mencapai 150 meter hingga ada bentang panjang jembatan yang dirancang
sepanjang 2 kilometer.
Di Selat Sunda, kata Asrurifak, sejauh
ini diketahui ada dua palung. Palung di dekat Pulau Jawa memiliki lebar
150 meter, sementara dekat Pulau Sumatera ada palung kembar.
Studi kelayakan itu juga mengkaji
riset-riset sebelumnya sejak zaman Presiden Soekarno hingga penelitian
terbaru dari instansi atau lembaga riset di Indonesia. Tumpukan data
itu, kata Asrurifak, sedang diinterpretasikan. Targetnya, pada 2014,
rancangan jadi jembatan sudah harus sampai ke tangan pemerintah.
Sabtu, 01 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar