Jakarta
- Wakil Presiden RI Boediono mengatakan Indonesia patut mencontoh
Jepang yang mengembangkan inovasi teknologi untuk kemajuan bangsanya.
"Buat negara seperti Indonesia, barangkali langkah tercepatnya melalui
adaptasi teknologi yang ada untuk memenuhi kebutuhan bangsa," kata
Boediono, saat berpidato di hari terakhir acara Indonesia-Japan
Innovation Convention di gedung Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Ahad, 2
Desember 2012. Acara tersebut digelar selama tiga hari.
Menurut Boediono, Indonesia saat ini
sedang berusaha melepaskan diri dari pembangunan yang bertumpu pada
bahan mentah, dan mulai masuk dari pengetahuan, pengembangan inovasi,
dan kreativitas sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. "Banyak
tantangannya, salah satu caranya kerja sama produktif dengan
negara-negara yang lebih maju," ujarnya.
Mengutip laporan Bank Dunia pada 2010,
kata Boediono, transformasi teknologi menjadi inovasi pada dasarnya
merupakan tugas swasta dan para wirausaha. Namun, jumlah wirausaha di
Indonesia masih kecil. Berdasarkan survei 2008 oleh Bank Dunia, angkanya
baru 1,56 persen dari total penduduk.
Bandingkan, katanya, dengan Malaysia dan
Thailand yang sudah mencapai 4 persen, serta Singapura sebanyak 7,2
persen. "Indonesia jelas butuh banyak wirausaha yang mampu berinovasi,"
kata Boediono.
Mantan Perdana Menteri Jepang yang
menjabat sebagai Presiden Japan Indonesia Association (JAPINDA), Fukuda
Yasuo, mengatakan, memajukan inovasi merupakan tema atau permasalahan
yang sangat vital untuk dunia di abad ke-21. Upaya itu memerlukan
strategi dan penanganan yang melibatkan kalangan politik, akademikus,
pengusaha, birokrat, dan masyarakat.
"Masyarakat internasional abad ke-21
diprediksikan harus menghadapi berbagai tantangan yang tidak pernah
dialami, seperti kekurangan sumber daya energi serta perusakan
lingkungan, di samping menghadapi ledakan jumlah penduduk di tengah
terbatasnya sumber daya alam," katanya, di podium acara yang sama.
Fukuda mencontohkan pengalaman Jepang
yang pada 1970-an mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi di atas 10 persen
terus-menerus selama 10 tahun. Dampak negatifnya, sebagai raksasa kedua
di dunia, Jepang dilanda masalah polusi dan kerusakan lingkungan
lainnya.
"Jepang akhirnya dapat mengatasi
berbagai permasalahan tersebut dengan memanfaatkan kekayaan hasil
pertumbuhan ekonomi serta teknologi yang kami miliki, serta melalui
berbagai inovasi teknologi," katanya.
Fukuda menambahkan, Indonesia dan
negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi amat pesat pada abad
ke-21 menghadapi berbagai permasalahan di bidang lingkungan, sumber daya
energi, dan lainnya. "Masalah harus dipecahkan sambil tetap melanjutkan
pertumbuhan ekonominya. Sehingga diperlukan kecepatan yang lebih tinggi
lagi dalam menangani permasalahan-permasalahan tersebut," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar